Kebobrokan Moral
Generasi Muda
Kita saat ini hidup di jaman global.
Ketika semua informasi mudah diperoleh hanya dengan sekali klik melalui
internet. Pergaulan yang semakin bebas, tak kenal batas, sehingga berakibat
pada moral yang amblas. Amblas dalam artian bentuk kesopanan/unggah ungguh orang yang lebih muda ke
orang yang lebih tua menjadi hilang. Tak heran jika kejahatan dan sikap anarki
tak terelakkan, terutama generasi muda saat ini. Banyak terjadi tawuran antar
pelajar gara-gara masalah sepele, anak-anak mulai berani menentang orang tuanya
sendiri, tata bicara antara anak dengan temannya dan anak dengan orang tuanya
tidak ada bedanya, bahkan lebih kasar, serta masih banyak contoh-contoh
perilaku yang serupa.
Sebenarnya apa yang mengakibatkan
hal tersebut terjadi? Setidaknya ada dua hal yang berperan besar terhadap
kebobrokan moral generasi muda kita. Pertama, krisis identitas diri. Banyak
dari generasi muda kalau tidak mengikuti tren jaman sekarang dibilang orang
jadul/kampungan. Hal ini membuat mereka berusaha keras untuk mengelakkan
tuduhan tersebut dengan banyak mencari informasi dan gaya-gaya tren saat ini
tanpa memikirkan baik buruknya terlebih dahulu. Sehingga yang didapat bukan hal
positif, malah lebih kepada hal negatifnya. Contohnya, saat ini anak muda
banyak yang mengidolakan tokoh-tokoh barat. Segala sesuatu yang dipakai, yang
dilakukan, yang dimakan mereka tiru semua hanya untuk menunjukkan dirinya tidak
ketinggalan jaman dan agar tidak dibilang jadul/kampungan.
Kedua, lemahnya iman sehingga jauh
dari kebenaran. Agama mengajarkan manusia untuk terarah dalam hidup. Agama
adalah bukan hal pembatas kebebasan manusia mengekspresikan gagasan maupun
ekspresi manusia. Justru dengan agama kita semakin bebas melakukan hal yang
lebih terarah. Dengan agama kita bisa menghormati orang yang kekurangan dengan
berpuasa, bersodaqoh, dan bersabar serta bersyukur atas yang kita miliki. Dengan
agama, kita bebas mengutarakan setiap gagasan kita kepada orang lain dengan
penuh rasa menghargai, rasa toleransi, dan rasa menghormati sehingga tidak ada
yang merasa terhina atau terlecehkan atas ungkapan kita. Terlebih lagi dengan
agama kita bisa bebas bertingkah laku yang tetap menjunjung tinggi rasa hormat
dan menghargai kepada setiap orang, terutama orang yang lebih tua dari kita.
Terkait tentang dua poin yang telah
diuraikan di atas, orang-orang dahulu memang telah meramalkan keadaan yang
tengah terjadi di sekitar kita saat ini. Keadaan yang ada saat ini tidak bisa
kita pungkiri lagi untuk mengelak karena scenario Allah Yang Esa telah
ditetapkan, sehingga mau tidak mau kita harus berada dalam keadaan yang bobrok,
bahkan kita sendiri yang (mungkin) melakukan kebobrokan tersebut.
Seperti
yang pernah diramalkan oleh salah seorang pujangga besar Jawa, Ronggowarsito,
berikut
…Hidup di zaman edan
Gelap
jiwa bingung pikiran
Turut
edan hati tak tahan
Jika
tidak turut
Hati
merana dan penasaran
Tertindas
dan kelaparan
Tapi
janji Tuhan sudah pasti
Seuntung
apapun orang yang lupa daratan
Lebih
selamat orang yang menjaga kesadaran…
Sepenggal
bait di atas menjelaskan kita bahwa kunci selamat hidup di zaman sekarang,
zaman edan, adalah orang yang selalu menjaga kesadarannya. Kesadaran untuk
tetap ingat kepada Allah Yang Esa, tetap ingat pada sekalian utusannya,
terutama Rasulullah, tetap ingat dengan hal kebaikan dan berlomba-lomba melakukannya.
Dua poin di atas
adalah bukan langkah menjauhkan dari realita yang ada, tapi sedikit langkah
untuk membentengi diri kita sebagai generasi muda agar tidak terlalu terbawa
arus zaman yang semakin menuju kerusakan. Tinggal diri kita mau atau tidak
untuk melakukan, untuk melangkah, untuk berhijrah dengan hati tulus dan berani.